Upaya penyelamatan terhadap seorang pendaki yang terjatuh di tebing Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Gunung Rinjani, sedang berlangsung dengan intensif. Pendaki asal Brasil ini dilaporkan mengalami kecelakaan yang menantang berbagai pihak untuk melakukan evakuasi.
Operasi penyelamatan ini melibatkan berbagai tim gabungan dari instansi terkait, termasuk tim SAR dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani dan kepolisian setempat. Sejak Sabtu (21/6), para anggota tim telah berjuang menghadapi medan terjal dan tantangan kontur vertikal yang menghambat proses evakuasi.
Tantangan Medan Terjal dalam Proses Evakuasi
Upaya pertama untuk mengevakuasi korban dilakukan dengan memasang tali sepanjang 300 meter, tetapi sayangnya korban terus terperosok ke kedalaman tanpa dapat dijangkau. Dalam situasi kritis ini, salah satu anggota tim bahkan terpaksa bermalam di ketinggian 200 meter untuk menjaga posisi evakuasi tetap aman menggunakan teknik berburu malam.
“Hingga hari ini, upaya maksimal terus dilakukan untuk menyelamatkan korban,” ungkap seorang petugas saat memberi keterangan. Penambahan alat dan teknik terus diperbarui berdasarkan kondisi yang ada. Penggunaan drone thermal menjadi salah satu inovasi dalam misi ini, yang berfungsi untuk melacak posisi korban dengan akurasi lebih tinggi. Berdasarkan observasi drone pada Senin (23/6), terlihat bahwa korban terjebak di dinding tebing pada kedalaman sekitar 500 meter dengan tanpa adanya pergerakan yang terlihat.
Strategi dalam Evakuasi dan Pentingnya Koordinasi Instansi
Dalam beberapa misi penyelamatan, strategi yang efektif menjadi kunci. Dua anggota tim mencoba melakukan penurunan hingga kedalaman 350 meter untuk memasang anchor tambahan, namun menemui berbagai kendala, seperti overhang besar yang menghalangi jalur. Akibatnya, teknik climbing vertikal menjadi satu-satunya pilihan, namun dengan syarat cuaca harus mendukung.
Sayangnya, kondisi cuaca yang buruk, seperti kabut tebal dan hujan, membuat rencana tersebut terhambat. Keselamatan menjadi prioritas utama, sehingga tim harus mundur sementara waktu dan menunggu kondisi yang lebih aman untuk melanjutkan evakuasi. “Ini adalah misi kemanusiaan yang penuh tantangan. Koordinasi di antara berbagai instansi merupakan hal vital selama operasi ekstrem seperti ini,” tambah seorang perwakilan tim SAR.
Komitmen yang ditunjukkan dalam evakuasi ini melambangkan semangat solidaritas dan kemanusiaan. Pendakian di kawasan konservasi tidak hanya menantang fisik, tetapi juga mengedepankan nilai kerja sama antar berbagai pihak. Upaya ke depan akan terus ditujukan agar proses penyelamatan dapat berlangsung dengan aman dan efektif.
Meskipun kondisi korban belum dapat dipastikan sepenuhnya, semangat dan dedikasi tim SAR gabungan terus dipertahankan. Berbagai tantangan yang dihadapi menjadi bukti bahwa dengan kerjasama yang baik, harapan untuk keselamatan tetap ada. Masyarakat juga diharapkan untuk terus memberikan dukungan, baik lewat doa maupun bantuan logistik yang diperlukan selama masa-masa sulit ini.