Buku mengenai perjalanan Margono Djojohadikusumo sebagai tokoh penting dalam sejarah ekonomi Indonesia telah resmi diluncurkan. Buku yang ditulis oleh HMU Kurniadi dan Jimmy S. Harianto ini menyajikan kisah inspiratif tentang pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) 1946 dan peran sentralnya dalam penggagasan Oeang Republik Indonesia (ORI) di masa awal kemerdekaan.
Dengan peluncuran yang berlangsung di Kompas Institute, buku ini bukan hanya sekadar catatan sejarah, tetapi juga menggarisbawahi kontribusi Margono dalam menjaga kedaulatan moneter bangsa. Di tengah dinamika ekonomi global, mengenang tokoh seperti Margono menjadi sangat penting untuk membangkitkan semangat perjuangan ekonomi yang berkelanjutan.
Menelisik Kontribusi Margono Djojohadikusumo dalam Ekonomi Bangsa
Margono Djojohadikusumo diakui sebagai salah satu arsitek penting dalam membangun dasar-dasar sistem perbankan nasional. Dalam bukunya, penulis menyajikan berbagai fakta tentang bagaimana Margono menghadapi tantangan di masa-masa awal pasca-kemerdekaan, termasuk perjuangannya dalam mendirikan BNI dan mendesain mata uang Republik yang menegaskan identitas bangsa. Pandangan ini sejalan dengan pernyataan Menteri Kebudayaan yang menekankan betapa pentingnya menjaga memori kolektif untuk generasi mendatang.
Dalam konteks ini, Margono tidak hanya memfokuskan perbankan sebagai lembaga keuangan, tetapi juga sebagai pilar ekonomi yang sejati. Ia membahas bagaimana koperasi sebagai gerakan sosial ekonomi juga menjadi salah satu warisan kultural yang patut dicontoh. Dengan dukungan data dan riset yang mendalam, buku ini juga memberi gambaran tentang relevansi gagasan koperasi yang digagas oleh Margono, yang masih relevan hingga kini. Misalnya, banyak strategi pengembangan ekonomi berbasis koperasi yang dapat menjadi solusi bagi masyarakat yang membutuhkan akses lebih baik terhadap layanan keuangan.
Strategi Margono dan Relevansinya di Era Modern
Selain kisah sukses mendirikan bank, buku ini juga membahas tentang inovasi-inovasi yang dilakukan Margono dalam dunia perbankan, seperti program kredit perumahan untuk rakyat. Konsep ini bisa dikatakan visioner dan relevan untuk kaidah pengembangan ekonomi saat ini, di mana akses perumahan yang terjangkau menjadi salah satu tantangan utama. Dalam pandangan Wakil Kepala Staf Presiden, Margono pantas disebut sebagai Bapak Uang Republik Indonesia karena ia menghadirkan sistem keuangan yang tidak hanya memfasilitasi transaksi, namun juga menegaskan harga diri dan kemerdekaan bangsa.
Analisis lebih dalam juga menunjukkan bahwa gagasan Margono untuk membangun sistem perbankan yang pro-rakyat menciptakan peluang bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam perekonomian. Ini terlihat dari komitmen BNI untuk menyediakan layanan keuangan yang lebih inklusif. Menurut Wamen Perumahan dan Kawasan Permukiman, gagasan initial Margono dalam menyediakan kredit rumah murah menjadi penting untuk mewujudkan martabat dan kemandirian rakyat.
Menjelang akhir peluncuran buku ini, banyak tokoh yang hadir untuk memberikan pandangan mereka tentang relevansi warisan Margono dalam konteks ekonomi saat ini. Salah satu tonggak penting yang ditekankan adalah bahwa ukuran keberhasilan bukan pada angka, tetapi pada sejauh mana manfaat tersebut dapat dirasakan oleh rakyat. Ini menciptakan pula nuansa emosional yang dalam, yakni keinginan untuk mengimplementasikan nilai-nilai perjuangan ekonomi yang diajarkan oleh Margono dalam kehidupan sehari-hari.
Buku ini bukan hanya menjadi bacaan menarik bagi sejarawan, ekonom, dan akademisi, tetapi juga bagi masyarakat umum yang ingin memahami lebih dalam tentang perjalanan bangsa dalam membangun sistem keuangan yang adil dan merata. Dengan data terkini dan pengalaman lapangan dalam penulisannya, buku ini tampil sebagai rujukan yang wajib bagi siapa saja yang ingin menelusuri jejak tokoh-tokoh besar bangsa dalam membangun ekonomi nasional.
