Acara penganugerahan Galunggung Award yang dilaksanakan oleh Forum Silaturahmi Sunda Sabuana (FS3) dinyatakan sebagai salah satu momen pengingat pentingnya apresiasi terhadap kontribusi masyarakat dalam pembangunan daerah. Event yang diadakan di Taman Rekreasi Geopark Batu Ampar, Leuwisari, Singaparna, pada 18 Agustus 2025 ini, berkaitan erat dengan syukuran peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Galunggung Award 2025 mengambil inspirasi dari filosofi “Ada Jasa, Ada Anugerah.” Filosofi ini mengajak kita untuk lebih menghargai setiap karya dan prestasi yang telah diberikan, baik itu kontribusi kecil maupun besar, terutama dari mereka yang telah membawa dampak positif bagi masyarakat dan negara.
Pentingnya Penghargaan Dalam Masyarakat
Acara penganugerahan ini memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar seremonial. Penghargaan ini bertujuan untuk menghormati para tokoh yang telah menciptakan dampak nyata di berbagai bidang, seperti budaya, pendidikan, dan seni. Abah Anton Charliyan, yang memimpin FS3, menegaskan bahwa Galunggung Award ini adalah bentuk pengakuan terhadap jasa-jasa yang telah diberikan oleh para penerima penghargaan.
Dari total 30 tokoh yang menerima penghargaan, mereka dipilih berdasarkan penelitian dan pemantauan yang dilakukan oleh tim lintas budaya, GASANTANA, dan FS3. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan penerima penghargaan dilakukan secara objektif dan terukur, sehingga keberadaan mereka dalam acara ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari dedikasi dan kerja keras.
Kontribusi Beragam Tokoh Dalam Penghargaan
Mereka yang dihormati dalam acara ini berasal dari latar belakang yang sangat beragam. Beberapa di antaranya adalah tokoh-tokoh besar seperti Prof. Dr. Agus Mulyana yang menjabat sebagai Direktur Sejarah dan Museum Kementerian Kebudayaan, serta Prof. Dr. Agus Pakhpahan yang merupakan Rektor Ikopin. Selain itu, Marsdya TNI Yulianta juga diakui sebagai salah satu penerima penghargaan.
Menariknya, penghargaan ini tidak hanya menyasar tokoh senior. Budayawan, akademisi, seniman, bahkan kreator muda juga diberikan kesempatan untuk mendapatkan Galunggung Award. Salah satu penerima yang mencuri perhatian adalah Kang Ohang KDM, atau Deni Mulyadi, seorang aktor Sunda yang saat ini tengah viral. Dengan demikian, acara ini menjadi wadah untuk mengapresiasi berbagai kalangan yang telah berkontribusi dalam pelestarian dan pengembangan budaya Sunda.
Penyerahan piagam penghargaan yang diiringi dengan pemberian pusaka Keris Sagaluh menjadi simbol dari penghargaan yang lebih mendalam, dan hal ini diharapkan dapat memotivasi penerima dan masyarakat luas untuk terus memberikan kontribusi positif. Kehadiran Bupati Tasikmalaya, Cecep Nurul Yakin, menambah bobot acara ini sebagai bentuk dukungan nyata pemerintah daerah terhadap budaya lokal.
Cecep menyatakan, “Penganugerahan ini bukan hanya kebanggaan bagi para penerima, tetapi juga semangat bagi kita semua untuk menjaga budaya dan berkontribusi bagi bangsa.” Kata-kata ini seolah menyentil kesadaran masyarakat akan pentingnya berperan aktif dalam pelestarian budaya.
Selain Galunggung Award, perayaan HUT RI ke-80 juga diwarnai dengan berbagai kegiatan menarik lainnya. Salah satunya adalah pengibaran bendera Merah Putih sepanjang 80 meter dan di Kawah Purba Galunggung, yang menunjukkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air. Pertunjukan seni seperti lengser dan pencak silat juga menambah keceriaan dalam acara tersebut.
Hal menarik lainnya adalah kunjungan ke Museum Galunggung dan Museum Malik Al Hindi, yang memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk lebih memahami kekayaan sejarah dan budaya setempat. Rangkaian kegiatan ini diharapkan dapat meninggalkan kesan mendalam bagi semua yang hadir serta mengajak masyarakat untuk lebih mengenal dan mencintai budayanya sendiri.
