Pelepasan purna tugas seorang jenderal dalam institusi kepolisian adalah momen yang penuh makna. Hal ini bukan sekadar seremonial, tetapi merupakan penghormatan kepada pengabdian yang telah diberikan selama bertahun-tahun. Dalam acara pelepasan Komjen Pol. (Purn) Ahmad Dofiri, yang berlangsung di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), Jakarta, kita bisa memahami lebih dalam makna di balik tradisi ini.
Menurut tradisi, pelepasan purna tugas bukan hanya sekadar bentuk penghargaan, tetapi juga menjadi refleksi perjalanan karier seorang anggota kepolisian. Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo, yang memimpin acara tersebut, melibatkan banyak pihak, mulai dari pejabat utama Mabes Polri hingga ribuan personel Polri yang hadir untuk memberikan penghormatan terakhir. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sosok seperti Komjen Pol. Dofiri dalam institusi.
Penghormatan Terhadap Dedikasi dan Integritas
Dalam kesempatan tersebut, Kapolri Jenderal Sigit menekankan tentang nilai dedikasi tinggi yang dimiliki oleh Komjen Pol. Dofiri. Pengabdian dan integritas yang ditunjukkan selama bertugas di Korps Bhayangkara adalah teladan yang patut dicontoh. Jenderal Sigit menyatakan, “Saya tahu bahwa beliau memiliki kemampuan yang sangat luar biasa, dan yang menonjol dari beliau adalah mengutamakan kepentingan organisasi daripada kepentingan pribadi.” Pernyataan ini tidak hanya menegaskan bahwa dedikasi tersbeut sangat dibutuhkan dalam institusi kepolisian, tetapi juga menggambarkan karakter sebagai seorang pemimpin yang bijaksana.
Seiring dengan ucapan terima kasih dari Jenderal Sigit, kita juga diingatkan untuk menghargai setiap kontribusi yang diberikan oleh para pemimpin. Dalam banyak hal, karakter dan komitmen seorang pemimpin bisa menjadi pendorong serta pengubah dalam suatu organisasi. Di momen seremonial ini, ada satu pesan mendasar yang tersampaikan: bahwa setiap individu berhak mendapatkan penghormatan atas dedikasi dan pengabdiannya.
Melanjutkan Warisan dan Misi
Menarik untuk diperhatikan bahwa Jenderal Sigit juga memperlihatkan harapan agar Komjen Pol. Dofiri terus memberikan sumbangsih kepada institusi, meskipun sudah purna tugas. Dalam pandangannya, “Yang berpisah hanyalah masalah posisi dan jabatan, namun jiwa-jiwa dan Bhayangkara sejati yang sudah tertanam di dalam diri Pak Dofiri, saya kira akan terus ada di manapun beliau berada.” Ini mencerminkan bahwa meski telah meninggalkan posisi formalnya, semangat dan nilai-nilai yang dibawa oleh Dofiri akan tetap hidup dan menginspirasi orang lain.
Dalam konteks ini, ada pelajaran berharga bagi kita semua. Perpisahan, terutama yang melibatkan seorang pemimpin yang berpengaruh, memberikan peluang bagi generasi berikutnya untuk meneruskan reputasi dan nilai-nilai baik yang telah dibangun. Strategi dan visi Kapolri dalam mempertahankan legasi ini penting untuk keberlanjutan institusi, terutama dalam menghadapi tantangan yang muncul di masa depan.
Di sisi lain, keberadaan sosok seperti Komjen Pol. Dofiri memberi inspirasi bagi generasi penerus untuk tidak hanya mengejar posisi, tetapi juga memahami dan menghayati tanggung jawab serta tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Hal ini penting agar setiap anggota kepolisian—baik yang baru maupun yang sudah berpengalaman—menemukan makna dalam setiap tindakan mereka.
Secara keseluruhan, momen pelepasan purna tugas ini tidak hanya menjadi perpisahan, tetapi juga menjadi ajakan bagi semua pihak untuk terus berkomitmen. Penghargaan kepada Komjen Pol. Dofiri menjadi sebuah pengingat bahwa kontribusi dalam pelayanan publik harus menjadi prioritas. Menciptakan budaya menghargai, baik terhadap reeputasi pribadi maupun institusi, adalah dibutuhkan agar institusi kepolisian tetap dihormati dan dipercaya oleh masyarakat.
