Madiun — Komitmen kuat lembaga kepolisian dalam menanggulangi masalah gizi di Indonesia semakin terlihat dengan peluncuran Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Hal ini ditandai oleh peletakan batu pertama pembangunan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Lapak Kampir, Kelurahan Kanigoro, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun pada 8 Agustus 2025. Acara bersejarah ini dipimpin oleh seorang pejabat tinggi Kepolisian dan dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk pejabat daerah, tokoh masyarakat, dan kepala sekolah yang terlibat. Dengan anggaran sekitar Rp1,9 miliar yang didapat dari kerja sama dengan sektor swasta, SPPG Kanigoro direncanakan selesai dalam waktu 45 hari dan akan mulai beroperasi pada Oktober 2025, memberikan layanan gizi kepada ribuan siswa di Madiun.
Acara tersebut bukan hanya sekadar simbolis, tetapi merupakan langkah strategis nasional dalam meningkatkan akses gizi bagi anak-anak. Sebelum acara ini, pada 6 Agustus 2025, telah ada peresmian beberapa unit SPPG di Malang dan groundbreaking untuk pembangunan serentak di banyak lokasi lainnya di seluruh Indonesia. Dengan lebih dari 400 SPPG yang ditargetkan pada akhir 2025, program ini berambisi untuk menyalurkan gizi kepada lebih dari 1,4 juta orang setiap harinya.
Strategi Keberhasilan Program Gizi
Dua hal utama yang mendasari keberhasilan Program Makan Bergizi adalah mutu tinggi dan kolaborasi yang luas. Pertama, dalam hal mutu, setiap kali produksi makanan untuk SPPG harus melalui mekanisme Security Food Test yang dilaksanakan oleh tim medis. Hal ini bertujuan untuk menjamin bahwa semua makanan yang disajikan memenuhi standar keamanan dan gizi yang dibutuhkan. Dengan langkah ini, mereka ingin mencegah keracunan makanan dan memastikan bahwa anak-anak mendapatkan asupan yang sehat dan bergizi. Keberadaan program ini menjadi suatu pembeda, menunjukkan bahwa lembaga kepolisian tidak hanya berfokus pada isu keamanan, tetapi juga pada kesejahteraan masyarakat, terutama anak-anak.
Kedua, kolaborasi Penta Helix yang melibatkan berbagai sektor menjadi kunci sukses dalam memperluas jangkauan dan efektivitas program. Kerja sama antarsektor ini mencakup pemerintah daerah, akademisi, pelaku bisnis, masyarakat, dan media yang berperan aktif dalam sosialisasi informasi tentang program tersebut. Dengan pendekatan holistik ini, diharapkan dapat memutus rantai stunting dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dalam waktu bersamaan.
Implikasi Positif bagi Masyarakat dan Lingkungan
Keberadaan SPPG tidak hanya berfokus pada pemenuhan gizi, namun juga dikenal memiliki dampak multidimensi. Walikota setempat memberikan sambutan positif tentang pentingnya program ini, dengan menegaskan bahwa SPPG berkontribusi pada ketahanan pangan dan juga kualitas lingkungan perkotaan. “Inisiatif ini bertujuan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gizi, tetapi juga untuk meningkatkan suhu lingkungan kota dan memanfaatkan potensi sumber daya lokal,” ujarnya.
Seiring dengan waktu, harapannya adalah SPPG dapat menjadi model bagi inisiatif lainnya dalam menciptakan masyarakat yang sehat dan mandiri. Program ini menunjukkan komitmen semua pihak untuk bersinergi demi masa depan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan. Maka dari itu, ajakan untuk berkolaborasi dari pihak kepolisian menjadi sangat penting. “Mari kita semua bersinergi menuju generasi yang sehat dan penuh potensi yang dapat membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik,” ungkap pejabat tinggi kepolisian tersebut.