Pada tanggal 29 Juli 2025, sebuah insiden penganiayaan terjadi di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, setelah pertandingan final AFF U-23 antara Timnas Indonesia dan Vietnam. Kejadian ini melibatkan seorang suporter bernama F.Y.F. yang menjadi korban tindakan kekerasan oleh sekelompok orang. Situasi ini menyoroti pentingnya membangun kesadaran dan tanggung jawab dalam mendukung tim nasional.
Serangan tersebut terjadi ketika korban, yang sedang beristirahat bersama teman-temannya, tiba-tiba diserang oleh suporter dari kelompok CURVA SUD GARUDA. Hal ini menimbulkan pertanyaan terkait faktor-faktor yang memicu kekerasan dalam konteks olahraga, terutama di kalangan suporter yang seharusnya saling mendukung satu sama lain.
Tindakan Kekerasan dan Dampak Hukum
Pihak kepolisian, melalui Wakapolres Metro Jakarta Pusat, AKBP Budi Prasetya, menjelaskan bahwa tindakan tersebut melanggar Pasal 170 KUHP mengenai tindakan kekerasan di muka umum. Keempat orang yang terlibat dalam penganiayaan ini menghadapi ancaman hukuman hingga 5 tahun 6 bulan penjara. Namun, lebih dari sekadar hukuman, kejadian ini menggambarkan perlunya sebuah perubahan dalam pola pikir suporter untuk menghindari tindak kekerasan.
Aksi kekerasan ini berawal dari ketidakpuasan sekelompok suporter terhadap petugas keamanan yang menurunkan spanduk tak berizin milik satu kelompok suporter di dalam stadion. Informasi yang disampaikan oleh petugas keamanan menyebutkan bahwa semua alat visual seperti banner dan alat musik harus disetujui terlebih dahulu oleh panitia. Hal ini menunjukkan bahwa ada peraturan yang perlu diikuti untuk menjaga keamanan dan ketertiban selama pertandingan.
Strategi Mewujudkan Pendukung yang Sportif
Kekerasan dalam dunia olahraga bukan hanya merugikan individu, tetapi juga mencoreng citra tim dan komunitas suporter secara keseluruhan. Untuk mencegah hal ini, penting bagi komunitas suporter untuk mengadopsi sikap yang lebih sportif. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah menggencarkan edukasi tentang pentingnya menghargai peraturan dan menghormati sesama suporter, tidak peduli dari kelompok mana mereka berasal.
Selain itu, peran media sosial juga sangat penting dalam membangun kampanye kesadaran akan sportivitas. Melalui platform ini, suporter dapat saling berinteraksi, berbagi pengalaman positif, dan mendorong sikap saling menghargai. Mengadakan acara atau diskusi yang melibatkan suporter, pemain, dan petugas keamanan juga bisa menjadi langkah positif dalam membangun ikatan yang lebih kuat dan mengurangi potensi konflik.
Akhirnya, meskipun emosi yang muncul dalam mendukung tim kesayangan adalah hal yang wajar, hal tersebut harus dikelola dengan baik. Kita harus terus mengingat bahwa di balik setiap dukungan, ada tanggung jawab untuk menjaga ketertiban dan menciptakan suasana yang aman bagi semua pihak. Pendukung Timnas Indonesia diharapkan untuk dapat mengekspresikan kebanggaan mereka dengan cara yang damai dan positif, sehingga tidak ada lagi insiden serupa yang akan terjadi di masa depan.
